fizi w
Jumat, 09 Maret 2012
Hidup adalah Anugerah Bagi Jiwa yang Ikhlas
Yang tinggal di gunung merindukan pantai.
Yang tinggal di pantai merindukan gunung.
Di musim kemarau merindukan musim hujan.
Di musim hujan merindukan musim kemarau.
Yang berambut hitam mengagumi yang pirang.
Yang berambut pirang mengagumi yang hitam.
Diam di rumah merindukan bepergian.
Setelah bepergian merindukan rumah.
Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Entrepreneur supaya punya time freedom…
Begitu jadi Entrepreneur ingin jadi karyawan, biar gak pusing…
Waktu tenang mencari keramaian.
Waktu ramai mencari ketenangan.
Saat masih bujangan, pengen punya suami ganteng/istri cantik.
Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengen yang biasa2 saja, bikin cemburu aja/ takut selingkuh..
Punya anak satu mendambakan banyak anak.
Punya banyak anak mendambakan satu anak saja.
Kita tidak pernah bahagia sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki.
Namun setelah dimiliki tak indah lagi.
Kapankah kebahagiaan akan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, namun mengabaikan apa yang sudah dimiliki tanpa rasa syukur ?
“Semoga kita jd pribadi yang selalu bersyukur..Yg snantiasa b’syukur dngn berkah yg sudah kita miliki”.
“Bagaimana mungkin selembar daun yang kecil dapat menutupi bumi yang luas ini?
Jangankan bumi, menutupi telapak tangan saja sulit.
Namun bila daun kecil ini menempel di mata kita, maka tertutuplah bumi!”
Begitu juga bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil apapun maka kita akan melihat keburukan di mana-mana.
Bumi ini pun akan tampak buruk.
Jangan menutup mata kita, walaupun hanya dengan daun kecil.
Jangan menutupi hati kita, walaupun hanya dengan sebuah pikiran buruk/negatif!
Bila hati kita tertutup, tertutuplah semua…
Syukuri apa yg ada, karena hidup adalah anugerah bagi jiwa-jiwa yg ikhlas.
Good Morning
dan Tetap Semangat !
Jumat, 02 Maret 2012
David Sanford Scherer, Gema Takbir & Adzan Menuntunku kepada Islam
David Sanford Schererkisahmuallaf.com – Gema takbir yang menggema di malam Idul Fitri — sekitar 17 tahun silam — telah menggetarkan hati David Sanford Scherer. Kalimah yang mengagungkan Sang Khalik itu membuatnya merinding. Cahaya iman pun menyala dalam hatinya. Seketika itu pula, pria kelahiran Yokohama, Jepang itu memutuskan untuk memeluk Islam.
‘’Langsung saya bilang mau masuk Islam. Alhamdulillah, di malam takbiran itu, saya memeluk Islam,’’ ujar ayah dua anak itu berkisah kepada wartawan Republika, Damanhuri Zuhri.
Tak hanya gema takbir yang membuat David memeluk Islam. Suara azan yang berkumandang setiap lima kali dalam sehari juga telah menjadi pembuka pintu hidayah. Pengusaha makanan di Pulau Dewata itu mengaku selalu merinding setiap kali mendengar takbir di malam hari raya.
’’Makanya, kalau malam takbiran saya nggak di Bali. Karena di sini (Bali, red) kita nggak mendengar suara takbir. Biasanya saya ke Jakarta, mertua saya di Ciputat,’’ papar suami dari Indriani Kuntowati itu.
David hijrah ke Indonesia bersama orangtuanya pada tahun 1980-an. Kedua orangtuanya mencoba berbagai usaha, hingga akhirnya menetap di kawasan Menteng Dalam. Seperti halnya, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, David pun mulai mengenal puasa, shalat, serta takbir dari lingkungan Menteng Dalam.
Ia sungguh amat bersyukur. Betapa tidak. Ia telah menjadi seorang Muslim. Menurut David, umumnya orang Indonesia terlahir dalam keadaan sebagai seorang Muslim. Namun, kata dia, muallaf umumnya lebih cepat memahami, menjiwai, serta 100 persen mengamalkan ajaran Islam.
‘’Itu, karena mereka (muallaf, red) mengetahui bahwa Islam adalah agama terbaik,’’ ungkap mantan pengurus Yayasan Dyatmika Sekar Bawana itu. Menurut David, untuk dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik, para orangtua Muslim harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya.
Seringkali, papar David, orangtua menyuruh anak-anaknya mengaji, sementara mereka tak melakukannya. Padahal, kata dia, contoh terbaik itu harus dimulai dari setiap orangtua di rumah. ‘’Apa saja kebaikan, harus dicontohkan orangtua, baru anak mengikutinya dengan baik.Tapi kalau cuma perintah, sedang orang tuanya tidak melakukan, itu akan sulit dilaksanakan dengan baik.’’
Sebagai seorang Muslim, David berupaya menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya. David tak pernah henti bersyukur. Semangat menjalankan ajaran Islam yang dilakukannya telah diikuti kedua anaknya. Bahkan, anaknya telah menjadi imam shalat di mushala sekolahnya.
David bersama putranya berhasil memperjuangkan hadirnya mushala di sebuah sekolah nasional plus campuran. ‘’Alhamdulillah, sekarang di sekolah anak saya sudah ada mushala. Itu saya perjuangkan selama satu tahun,’’ tuturnya sumringah.
Pihak sekolah memberi ruangan bekas gudang untuk digunakan sebagai mushala. David pun membersihkan gudang itu dan menyulapnya menjadi tempat untuk beribadah kepada Allah SWT. ‘’Anak saya sekarang sudah menjadi imam di mushala. ‘Alhamdulillah, Allahu akbar,’’ ujar David.
Apa pendapat David tentang umat Islam di Indonesia? Secara jujur, ia mengungkapkan, sebagian besar umat Islam masih memandang seseorang dari materi dan kekuasaan. ‘’Contohnya, saya berseragam dengan memakai baju gamis, orang pikir saya ustadz. Besoknya, saya pakai celana jeans bolong-bolong, saya ucapkan Assalamu’alaikum, mereka nggak mau jawab. Naif sekali.’’
Selain itu, David juga menyayangkan masih banyak umat Islam di Indonesia yang belum mampu memahami dan mengamalkan tuntunan Alquran. ‘’Maaf-maaf kata, berangkat haji dengan uang nggak bersih saja, tak malu,’’ cetusnya.
Ia merasa optimistis, Bali bisa menjadi jendela bagi Islam Indonesia ke dunia. Salah satu contoh, kata David, jamaah shalat subuh Masjid Baitul Makmur di Denpasar seperti shalat Jumat. Bisa jadi, papar dia, itu karena muslim di Bali masih minoritas.
‘’Kalau suatu hari kita jadi mayoritas. Apakah itu akan kendur? Mengapa rumah ibadah di Jawa banyak? Orang berlomba-lomba untuk membuat rumah ibadah, subuh ada jamaahnya tidak? atau hanya takmir masjid saja dua sampai tiga orang?,’’ ucap David.
Menurut dia, bukanlah sesuatu yang mustahil, kelak Bali akan menjadi jendela Islam Indonesia bagi dunia. Asalkan, papar dia, setiap Muslim mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, tanpa menimbulkan ketersinggungan di kalangan orang-orang di sekitarnya.
Lantas, apa kesannya terhadap peristiwa Bom Bali? Ketika peristiwa Bom Bali terjadi, David mengaku merasakan sedih luar biasa. ‘’Empat hari saya di kamar jenazah. Sampai mobil pendingin saya pinjamkan untuk menyimpan jenazah. Orang pada waktu itu bilang, ‘Wah pak, nanti mobilnya bawa sial!’ Wallahu ‘alam saya bilang waktu itu. Yang penting saya ingin menolong.”
Dalam pandangannya, peristiwa Bom Bali merupakan kejadian yang sangat berat. ‘’Kejadian itu benar-benar sangat berat. Tapi berkat gotong royong di Bali, Alhamdulillah lancar. kalau saya pribadi tidak seratus persen berkeyakinan bahwa itu dikerjakan kelompok Islam yang fanatik atau radikal. Tapi itu lebih pada upaya menggoyang ekonomi di sini yang cukup mapan,’’ ungkap David.
Ada kebiasaan menarik yang dilakukan David Scherer dan teman-temannya di Bali. Warga asal Amerika Serikat (AS) yang sejak 17 tahun lalu memeluk Islam itu, saban Jumat mengunjungi sejumlah masjid yang ada di Denpasar secara bergantian. Tak hanya bersilaturahim, ia berbagi dengan para jamaah shalat Jumat dengan membagikan nasi bungkus.
’’Alhamdulillah, sejak satu tahun lalu secara rutin saya dan kawan-kawan mengunjungi dan bersilaturahim ke masjid-masjid di Denpasar. Tak hanya itu, dalam setiap kali kunjungan, saya selalu membawa dan membagikan ratusan nasi bungkus buat jamaah shalat Jumat,’’ papar David.
Apa yang mendorong David dan teman-temannya di Denpasar sangat semangat berbagi makanan usai shalat Jumat? Menurut David, berdasarkan pengalamannya, seusai Jumatan banyak orang yang terburu-buru meninggalkan masjid untuk mendapatkan makan siang.
Alasannya, kata dia, jam istirahatnya baik dari kantor swasta maupun negeri, tidak terlalu panjang. Akibatnya, lanjut David, banyak jamaah salat Jumat yang terburu-buru keluar masjid untuk makan siang, dan tidak sempat lagi bersilaturahim sesama jamaah.
Nah, David dan kawan-kawannya berusaha memotong alasan untuk segera mendapatkan makan siang itu dengan cara mengantarkan nasi ke masjid. ”Sekarang nasinya saya bawa ke masjid. Akhirnya, mereka nggak usah buru-buru lagi meninggalkan masjid. Kita bisa silaturahim sambil menikmati makan siang,” ungkap David penuh bahagia.
Berapa lama David dan kawan-kawan bisa mengelilingi seluruh masjid di Denpasar yang jumlahnya tak kurang dari 200 masjid? ”Kira-kira saya membutuhkan waktu selama empat tahu barun untuk bisa mengunjungi seluruh masjid di Denpasar, itu pun dengan syarat setiap Jumat saya harus terus keliling. Sedangkan untuk bisa mengeliling seluruh masjid di Bali, saya membutuhkan waktu selama delapan tahun.”
Ia merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa atas apa yang ia lakukan bersama-sama temannya itu.
Sabtu, 11 Februari 2012
Subhanallah, Sejumlah Serdadu AS di Irak Menyatakan Diri Masuk Islam
Ternyata gambaran Islam yang dipublikasikan oleh media-media Barat, jauh berbeda sama sekali dari realitas Islam sebenarnya. Setidaknya hal itu diperlihat kan oleh sejumlah prajurit laki-laki dan wanita AS yang bertugas di Irak, ketika mereka menyatakan diri masuk Islam. Lalu mereka menikah dengan orang-orang Islam Irak. Walaupun pernikahan itu ditentang oleh sejumlah warga setempat.
“Para tentara AS itu telah menyadari bahwa ajaran Islam sama sekali berbeda dengan informasi-informasi yang diprogandakan oleh media-media Barat,” lanjut Sheikh Mahmoud.
“Setelah bergaul setiap hari dengan warga Irak serta pengalaman berinteraksi dengan kalangan Muslim dari dekat di negeri yang terkoyak perang ini, banyak serdadu AS yang menyatakan keinginannya masuk Islam,” ujar Sheikh Mahmoud el-Samydaei, anggota Majelis Ulama Islam Irak, pada IslamOnline Rabu (13/8/2003).
Ulama Islam itu mengingatkan kembali para perwira AS yang telah masuk Islam agar memelihara agama itu sampai akhir hayat. Sebab orang yang mati tanpa membawa Islam, ujar Sheikh Mahmoud, matinya akan sia-sia. Para muallaf AS itu mendengarkan wejangan tersebut dengan terisak-isak, mengingat banyak masyarakatnya mati tanpa mengetahui sedikitpun tentang Islam.
Seorang perwira AS yang mendatangi Pengadilan Urusan Sipil di distrik el-Karkh, Baghdad pekan ini menyatakan; “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusanNya.”
Perwira AS itu kemudian menikah dengan wanita Irak, dr. Samar Ahmed yang pernah dijumpainya ketika dia bertugas menjaga Medicine City Hospital. Dia memilih Islam, kata perwira AS itu, lantaran keyakinannya yang penuh terhadap kebenaran Islam. “Saya masuk Islam bukan hanya lantaran untuk menikahi wanita Irak,” tukasnya.
Berdasarkan ajaran Islam, seorang pria non-Muslim dilarang menikahi seorang wanita Islam.
Hakim Agama Abd el-Azeim Mohammad Gawad el-Rasafi merestui pernikahan itu. Abd el-Azeim menegaskan bahwa pernikahan itu merupakan peristiwa pertama, seorang wanita Irak menikah dengan serdadu AS yang masuk Islam. Kepada IslamOnline Abd el-Azeim mengatakan, tak satupun agama di dunia, menghalangi pernikahan tersebut. Walaupun begitu sejumlah warga Irak menentang pernikahan antar etnis itu
Gold Fret mantan Pendeta : "Eli, Eli, lama sabakhtani?" mengantarnya kepada Hidayah Islam
AYAH saya seorang pastor atau pendeta dalam agama Kristen Katolik. Beliau mengajarkan Alkitab (Injil) pada saya sejak saya masih kecil dengan harapan agar saya menjadi penerus cita-citanya di kemudian hari. Saya belajar Alkitab pasal demi pasal dan ayat demi ayat dengan seksama. Berkat bimbingannya, saya betul-betul memahami kandungan dan tafsiran Alkitab. Sejak saya berumur empat belas tahun, saya diberi kepercayaan berceramah di gereja pada setiap hari Minggu dan hari-hari keagamaan Kristen lainnya. Setelah saya banyak membaca Alkitab, banyak saya dapatkan kejanggalan-kejanggalan di dalamnya. Dalam Alkitab, antara pasal satu dan pasal lainnya banyak terjadi pertentangan, dan banyak ajaran gereja yang bertentangan dengan isi Alkitab.
Misalnya, Yohanes pasal 10 ayat 30, menerangkan bahwa Allah dan Yesus (Isa) bersatu, yaitu, "Aku dan Bapa adalah satu." Sedangkan, pada Matius pasal 27 ayat 46 menjelaskan bahwa Yesus dan Allah berpisah, yaitu, "Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" 'Artinya, "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
Dalam ajaran gereja, seorang bayi yang lahir akan membawa dosa warisan dari Nabi Adam dan 1bu Hawa. Juga, bayi yang mati sebelum dibaptis tidak akan masuk surga. Ajaran ini bertentangan dengan Alkitab Yehezkiel pasal 18 ayat 20 dan Matius pasal 19 ayat 14 menerangkan bahwa manusia hanya menanggung dosanya sendiri, tidak menanggung dosa orang lain. Bayi yang meninggal sebelum dibaptis akan masuk surga, karena anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang yang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan orang yang fasik akan menanggung akibat kefasikannya.
Sementara, pada Matius 19 ayat 14 Yesus berkata, "Biarlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang padaku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang mempunyai Kerajaan Surga."
Dengan semua itu saya merasa bimbang. Injil mana yang harus saya ikuti, sedangkan semuanya kitab suci? Dan apakah ajaran gereja yang harus saya ikuti, sedangkan ajarannya bertentangan dengan Alkitab ?
Saya ragu dengan keautentikan Alkitab, karena kalau Injil yang ada sekarang ini asli, tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan. Saya juga ragu dengan kebenaran ajaran gereja karena kalau ajaran gereja itu benar, tidak mungkin bertentangan dengan kitab sucinya.
Karena mendapatkan kejanggalan dalam Alkitab dan pertentangan ajaran gereja dengan kitab sucinya, saya menjadi enggan membaca Injil dan buku buku agama (Kristen), karena saya yakin tidak akan mendapat kebenaran dalam Kristen.
Mendengar Bacaan Al-Qur'an
Pada suatu hari saya berjalan di dekat masjid. Tiba-tiba saya gemetar dan tidak bisa berjalan disebabkan mendengar suara dari dalam masjid. Setelah saya pulang ke rumah, saya bertanya pada teman-teman tentang suara yang saya dengar itu. Tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang tahu tentang suara itu.
Setelah keesokan harinya saya bertanya pada teman sekolah yang beragama Islam, dia menjelaskanbahwa "suara" yang saya dengar di dalam masjid adalah suara orang membaca A1-Qur'an. Kemudian saya bertanya, "Apa sih, Al-Qur'an itu?" Dia menjawab, "Al-Quran itu kitab suci umat Islam." Kemudian saya meminta Al-Qur'an padanya. Tetapi dia tidak memberikan dengan alasan saya tidak punya wudhu.
Setelah saya pulang dari sekolah, saya langsung mencari orang yang beragama Islam untuk meminjam A1-Qur'an. Akhirnya saya berjumpa dengan orang Islam yang bernama Abdullah. Ia keturunan Arab. Lalu saya pinjam Al-Qur'an padanya dan saya jelaskan padanya bahwa saya beragama Katolik dan ingin mempelajari Al-Qur'an. Dengan senang hati ia meminjamkan saya terjemahan Al-Qur'an dan riwayat hidup Nabi Muhammad saw..
Saya baca Al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat. Saya pahami kalimat demi kalimat dengan seksama. Akhirnya saya berkesimpulan, hanya Al-Qur'anlah satu-satunya kitab suci yang asli dan hanya Islamlah satu-satunya agama yang benar.
Al-Qur'an membahas persoalan ketuhanan dengan tuntas, bahasanya mudah dipaharni, dan argumentasinya rasional. Di samping itu, Al-Qur'an juga membahas tentang Nabi Isa (Yesus) sejak sebelum dikandung, dalamn kandungan, waktu dilahirkan, masa kanak-kanak dan remaja, mukjizatnya, dan kedudukannya sebagai Rasul Allah, bukan anak Allah.
Sejak mendapatkan kebenaran Islam, saya mempunyai keinginan yang kuat untuk memeluk agama Islam. Singkat cerita, kemudian saya datang menjumpai Abdullah dan saga jelaskan keinginan saga padanya.
la menyambut hasrat saya itu dengan hati ikhlas, dan ia membimbing saya membaca dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, nama saya diganti menjadi Dzulfikri. Kemudian saya belajar pada Abdullah tentang hal-hal yang diwajibkan dan yang dilarang dalam Islam.
Setelah itu saya mondok di sebuah pesantren. Di situ saya belajar agama selama satu tahun. Kemudian saya pindah ke kota Malang, Jawa Timur. Di kota ini saya terus menuntut ilmu agama sambil kuliah.
Dr. Antonius S Kumanireng : Apakah Yesus datang utk menebus dosa-dosa manusia ?
Nama saya Antonius Sina Kumanireng, kerap disapa Anton Sina. Saya anak kedua dari lima bersaudara yang lahir di tengah-tengah keluarga penganut Kristen Katolik yang masih sangat ketat mengamalkan ajaran agama. Ayah saya, Kumanireng, salah seorang pastor sekaligus anggota DPRD Tk. II Kab. Ende, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat kelahiran saya mayoritas penduduknya beragama Kristen, termasuk seluruh keluarga saya.
Sejak kecil, saya telah dipersiapkan menjadi calon pendeta yang diharapkan menjadi penyebar agama di kampung halaman. Karena itu, saya pun sejak kecil bekerja sebagai tukang pukul lonceng gereja. Meskipun ayah saya terbilang penganut Kristen yang ketat, namun sejak kecil saya sering memberontak terhadap keluarga dan para pastor.
Saya kerap melemparkan pertanyaan kepada para pendeta, meskipun mereka sering memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Dan kekecewaan itu, saya terus mencari kebenaran lewat gereja. Suatu ketika saya ikut kebaktian di gereja. Tba-tiba hati saya yang gundah menjadi tenang. Tapi, ketika keluar dari gereja hati saya kembali bimbang dan kacau. Bahkan, menyebabkan saya bertengkar dengan saudara saya di rumah. Maklum, keluarga saya termasuk keluarga yang kacau.
Saya sendiri tak paham betul, apa sesungguhnya yang menyebabkan keluarga saya berantakan. Padahal, tiap hari keluar-masuk gereja. Saya sendiri bahkan terlibat minum-minuman keras. Hati saya terus bertambah kacau. Akhirnya, saya mencari kebenaran di luar rumah.
Suatu ketika, saya ditawari pastor untuk belajar ke Roma, Italia, atas beasiswa dari Belanda. Saya menolak tawaran itu dengan alasan ingin belajar di negeri sendiri. Saya terus mencari kebenaran karena keluarga saya telah berantakan. Saya membuka Alkitab Injil, lalu saya temukan Matius 26:20-25 yang berbunyi, "Yesus datang untuk menebus dosa-dosa manusia."
Saya terus membaca dan mengkaji, kesimpulan saya bahwa Yesus sendiri tak mau mati menebus dosa manusia. Sementara itu, saya terus mengkaji ayat-ayat Injil yang selalu menimbulkan pertentangan antara ayat satu dan lainnya. Berkat ketekunan mempelajari sejarah dan pergaulan saya dengan teman teman muslim serta setiap akan memakan babi saya muntah, maka saya bertambah yakin untuk tidak makan daging babi.
Masuk Islam
Semua itu rupanya petunjuk langsung dan Allah agar saya segera kembali ke agama yang sejati. Saya masuk Islam, dan kemudian saya ganti nama menjadi Abdul Salam. Semua keluarga termasuk ayah tak setuju, bahkan menjauhi saya.
Saya terus belajar tentang Islam. Saya pun mempelajari tasawuf. Akhirya, cita-cita saya terwujud mempelajari tasawuf setelah saya masuk Perguruan Isbatulyah yang mengajarkan kepada saya soal syariat dan makrifat Islam. Orang yang paling berjasa terhadap diri saya dalam mempelajari Islam adalah almarhum Usman Effendi Nitiprajitna. Saya terus mempelajari ilmu kebatinan dari guru saya itu.
Alhamdulillah, saya telah menjadi seorang muslim, kendati saya disingkirkan dari seluruh keluarga. Alhasil, saya menanti seluruh keluarga saya agar mau terbuka dan bertanya kepada saya mengapa saya memilih masuk agama Islam. Namun, sampai kind, tak ada yang mau menemui saya.
Saya siap menjelaskan semuanya. Saya bangga masuk Islam karena Islam mengajarkan umatnya untuk tolong menolong. Meskipun istri saya masih tetap beragama Kristen, namun saya tetap melaksanakan shalat. Antara tahun 1970-1973, saya mendapat beasiswa untuk belajar ke Universitas Yokohama Jepang. Alhamdulillah, ke yakinan saya justru semakin kokoh setelah saya bergaul dengan orang-orang Jepang. Padahal, dulunya, saya termasuk peminum berat alkohol. Tapi, sesudah menjadi muslim, saya pun meninggalkan kebiasaan buruk itu.
Setelah berhasil menyelesaikan studi di Jepang dengan gelar doktor kimia, saya mendapat tawaran kerja dari ITB dan beberapa perusahaan besar di Tanah Air. Namun, saya lebih senang memilih Universitas Hasanuddin Makassar, karena PTN itulah yang pertama kali menawarkan aku mengajar.
Bersyukur
Oh ya, saya mempunyai tiga orang anak. Namanya Yuliana, Elizabeth, dan Isa. Saya memberikan kebebasan kepada anak-anak saya untuk memilih agama yang mereka anggap paling benar. Anak saya yang bungsu berkata kepada saya, ia tak akan masuk Islam apa pun yang terjadi. Setelah melewati waktu cukup panjang dalam memberikan pemahaman yang benar tentang Islam, akhirnya Yuliana dan Elizabeth mau mengikuti jejak saya, masuk Islam.
Saya bangga dan bersyukur kepada Allah Walaupun saya tak pernah memaksa anak-anak masuk Islam, tapi karena kesadaran sendiri, mereka akhirnya masuk Islam. Si bungsu yang keras dan benci terhadap agama Islam pun tiba-tiba berubah sikap dan mau masuk Islam. Alangkah bahagianya had saya. Semua anak-anak saya telah memilih jalan yang benar.
Semangat beragama dan kecintaan saya kepada Islam bertambah dalam. Apalagi berkat bantuan Prof-Dr. H. Nasir Nessa yang memberikan kesempatan kepada saya menunaikan ibadah haji. Berbagai kemudahan saya dapatkan di Tanah Suci. Antara lain, saya dapat dengan mudah mencium Hajar Aswad. Tak lupa, saya pun mendoakan seluruh keluarga saya agar dibukakan pintu hatinya menerima kebenaran Islam.
Kecewa
Setelah bertahun tahun melakukan pendalaman terhadap Islam, akhirnya-saya menemukan kebenaran yang hakiki (sejati) itu di dalam Islam. Namun, saya sempat kecewa setelah masuk Islam. Saya melihat umat Islam menganut agamanya semata-mata karena faktor keturunan, sehingga wujud pengamalannya masih minus. Islam semata-mata hanya simbol, tanpa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya benar-benar kecewa dan tak menyangka kalau umat Islam ternyata masih banyak yang tidak memahami ajaran agamanya secara benar.
Kekecewaan itu muncul, barangkali lantaran saya yang mualaf ini terlalu berharap banyak dari umat Islam. Ternyata, semua harapan itu sirna. Banyak umat Islam tak menghargai agamanya. Padahal, saya sebelum masuk Islam bertahun-tahun mengembara, berguru dari satu tempat ke tempat lain, demi membuktikan kebenaran yang ada di dalam Islam. Mengapa umat Islam sendiri tak bangga terhadap agamanya? Bukankah Islam agama suci? tapi akhirnya saya sadar bahwa itu semua kembali kepada pribadi masing-masing, yang jelek hanya sebagian kecil, masih banyak pribadi-pribadi ummat Islam yang patut dicontoh dan jadi panutan karena pada dasarnya Islam adalah agama yang Suci dan hakiki.
Akhirnya saya benar-benar bersyukur betapa nikmatnya hidup dalam panji Islam yang penuh rahmat dan hidayah Allah SWT. Saya pun bersyukur karena setiap menjelang Lebaran, saya bersama tiga orang anak saya bersama-sama melakukan shalat Idul Fitri di Lapangan Karebosi, Makassar. Padahal, sebelum mereka masuk Islam, saya terkadang merasa sunyi, karena merayakan Hari Raya suci ini seorang diri.
Kini, saya mengabdi di Universitas Hasanuddin Makassar sebagai dosen yang tiap hari bergaul di tengah mahasiswa dan sesekali berdialog tentang Islam. Saya bangga dapat mengabdi di sebuah almamater yang sangat menghargai pendapat orang lain.
Minggu, 29 Januari 2012
Mengapa Costeau Jadi Muallaf Setelah Temukan Sungai di Bawah Laut?
SAYA kagum membaca kisah penemuan sungai di bawah laut, dan terperangah ketika mengetahui bahwa penemunya, Mr. Jacques Yves Costeau, jadi muallaf. Ada secuil pertanyaan yang terbesit: siapakah Mr.Jacques? Mengapa ia memilih masuk Islam setelah menemukan sungai di bawah laut?
Menurut Wikipedia, Jacques-Yves Cousteau yang lahir 11 Juni 1910 di Saint-André-de-Cubzac, Perancis, adalah perwira di AL Perancis. Ia seorang oseanografer, dan peneliti serta anggota Académie française. Bersama Emile Gagnan ia bertanggung jawab membuka mata manusia pada dunia bawah air. Mereka mencipta alat pernapasan bawah air berdasarkan muatan udara yang dimampatkan dan disimpan dalam tangki yang dikenal sebagai paru-paru air Aqua-lung (SCUBA).
Sebelum ini, penyelam terpaksa mengenakan pakaian yang mempunyai saluran udara yang bersambung dengan permukaan air. Ini membatasi gerak mereka. Aqua-Lung memungkinkan mereka bergerak bebas. Aqua-Lung telah digunakan oleh pihak Sekutu untuk membersihkan perairan internasional dari periuk api musuh semasa Perang Dunia II. Jacques Costeau juga mereka teknik penggambaran bawah air yang digunakan olehnya untuk menghasilkan film dokumenter mengenai kehidupan di sana. Film-filmnya membuka mata orang banyak mengenai adanya keragaman kehidupan di bawah air.
jajja
Costeau boleh dikata adalah penjelajah bawah laut. Dari eskplorasi ke eksplorasi, hingga pada suatu ketika tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Inilah yang kemudian dikenal sebagai sungai di bawah laut yang terletak di Cenote Angelita, Mexico.
Pada awalnya, Costeau berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayannya semata saat menyelam. Namun demikian rasa penasaran ini senantiasa menggodanya setiap saat. Berbagai pertanyaan yang bergelayut dalam benaknya itu tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Menemukan jawabannya memang bukan hal yang mudah, hingga pada suatu saat Costeau bertemu dengan seorang profesor Muslim. Menurut Voice Of Al-Islam setelah Costeau menceritakan fenomena ini, Sang Profesor pun mengingatkan pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, Costeau merasakan sebuah pesona yang luar biasa.Ia kagum, melebihi kekagumannya saat menemukan pemandangan ajaib di bawah lautan yang dalam itu. Dalam pikiran Costeau, Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20 ini pun menjadi mukjizat bagi Costeau. Dan seketika itu pula ia lantas meyakini bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Berangkat dari sini, Mr. Costeau yang meninggal dunia di Paris 25 Juni 1997 itu pun mendapat hidayah dan memeluk Islam.
Langganan:
Postingan (Atom)