Minggu, 29 Januari 2012

Mengapa Costeau Jadi Muallaf Setelah Temukan Sungai di Bawah Laut?

SAYA kagum membaca kisah penemuan sungai di bawah laut, dan terperangah ketika mengetahui bahwa penemunya, Mr. Jacques Yves Costeau, jadi muallaf. Ada secuil pertanyaan yang terbesit: siapakah Mr.Jacques? Mengapa ia memilih masuk Islam setelah menemukan sungai di bawah laut? Menurut Wikipedia, Jacques-Yves Cousteau yang lahir 11 Juni 1910 di Saint-André-de-Cubzac, Perancis, adalah perwira di AL Perancis. Ia seorang oseanografer, dan peneliti serta anggota Académie française. Bersama Emile Gagnan ia bertanggung jawab membuka mata manusia pada dunia bawah air. Mereka mencipta alat pernapasan bawah air berdasarkan muatan udara yang dimampatkan dan disimpan dalam tangki yang dikenal sebagai paru-paru air Aqua-lung (SCUBA). Sebelum ini, penyelam terpaksa mengenakan pakaian yang mempunyai saluran udara yang bersambung dengan permukaan air. Ini membatasi gerak mereka. Aqua-Lung memungkinkan mereka bergerak bebas. Aqua-Lung telah digunakan oleh pihak Sekutu untuk membersihkan perairan internasional dari periuk api musuh semasa Perang Dunia II. Jacques Costeau juga mereka teknik penggambaran bawah air yang digunakan olehnya untuk menghasilkan film dokumenter mengenai kehidupan di sana. Film-filmnya membuka mata orang banyak mengenai adanya keragaman kehidupan di bawah air. jajja
Costeau boleh dikata adalah penjelajah bawah laut. Dari eskplorasi ke eksplorasi, hingga pada suatu ketika tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Inilah yang kemudian dikenal sebagai sungai di bawah laut yang terletak di Cenote Angelita, Mexico. Pada awalnya, Costeau berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayannya semata saat menyelam. Namun demikian rasa penasaran ini senantiasa menggodanya setiap saat. Berbagai pertanyaan yang bergelayut dalam benaknya itu tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut. Menemukan jawabannya memang bukan hal yang mudah, hingga pada suatu saat Costeau bertemu dengan seorang profesor Muslim. Menurut Voice Of Al-Islam setelah Costeau menceritakan fenomena ini, Sang Profesor pun mengingatkan pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53) Mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, Costeau merasakan sebuah pesona yang luar biasa.Ia kagum, melebihi kekagumannya saat menemukan pemandangan ajaib di bawah lautan yang dalam itu. Dalam pikiran Costeau, Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20 ini pun menjadi mukjizat bagi Costeau. Dan seketika itu pula ia lantas meyakini bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Berangkat dari sini, Mr. Costeau yang meninggal dunia di Paris 25 Juni 1997 itu pun mendapat hidayah dan memeluk Islam.

Rabu, 25 Januari 2012

Abel Xavier: Umumkan Keislamannya Saat Mundur dari Lapangan Bola

Bila Anda penggemar sepakbola dan sempat menyaksikan pertandingan semifinal Piala Eropa 2000 antara Portugal vs Prancis, pasti tidak akan lupa pada peristwa handsball kontroversial di kotak penalti yang dilakukan oleh pemain Portugal yang menyebabkan tim tersebut tersingkir dari perhelatan sepakbola negara-negara Eropa tersebut secara tragis. Pemain Portugal tersebut tak lain adalah Abel Xavier. Sosok Abel Xavier diingat bukan hanya karena permainannya di lapangan hijau, namun juga karena penampilannya yang terbilang nyentrik. Bek asal Portugal ini memang dikenal senang menata rambutnya. Selama merumput di lapangan hijau, ia pernah tampil dengan rambut vysvetlennye dan jambang berwarna blonde. Di lain kesempatan, ia mengecat jambang dan rambutnya dengan warna putih dan tetap menyisakan warna hitam di bagian akar rambutnya. Dan, di penghujung karirnya sebagai pesepakbola, lagi-lagi ia membuat gempar para pecinta sepakbola dunia dengan pengakuannya bahwa dirinya telah menjadi seorang mualaf pada pertengahan Desember 2009 silam. Ia pun mengganti namanya dengan Faisal Xavier. Abel Luis da Silva Costa Xavier atau lebih dikenal dengan Abel Xavier lahir pada 30 November 1972 di Mozambik. Ia memulai karir sebagai pesepakbola profesional saat bergabung bersama Estrela da Amadora pada usia 18 tahun. Tiga tahun kemudian ia bergabung dengan SL Benfica, klub sepakbola yang bermain di ajang liga utama kompetisi sepakbola Portugal. Ia merumput bersama Benfica selama dua musim (1993-1995). Di klub elite tersebut Xavier berhasil membawa klub berjuluk The Eagle ini menjadi juara Liga Portugal. Talenta yang hebat sebagai defender membuat banyak klub Eropa tertarik padanya. Namun, ia lebih memilih bergabung bersama AS Bari, sebuah klub gurem di Liga Serie A Italia. Saat membela Bari, karir Xavier tidak begitu cemerlang sehingga ia dijual oleh klubnya ke klub La Liga Spanyol Real Oviedo pada 1996. Di klub barunya ini Xavier tidak bertahan lama. Pada tahun 1998, klub sepakbola asal Negeri Belanda, PSV Eindhoven, memboyongnya. Lagi-lagi Xavier tidak bertahan lama merumput di Belanda. Ia kemudian mencoba peruntungannya di ajang Liga Primer Inggris. Ia tercatat pernah membela Everton FC (1999-2002) dan Liverpool FC (2002-2003). Saat terikat kontrak dengan Liverpool, Xavier sempat bermain bersama klub sepakbola asal Turki, Galatasaray SK, dengan status sebagai pemain pinjaman. Xavier juga sempat mencicipi kompetisi Bundesliga selama satu musim (2003-2004) bersama Hannover 96. Ia kemudian memilih bergabung dengan AS Roma (2005) dan Middlesbrough FC (2005-2007) sebelum akhirnya hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 2007. Di Negeri Paman Sam ini ia bergabung dengan klub MLS (Major League Soccer) yang pernah mengontrak David Beckhan, Los Angeles (LA) Galaxy. Keputusan Xavier meninggalkan Middlesbrough dikarenakan ingin mencari tantangan baru dan menolak tawaran kontrak baru dari Boro. Kepindahannya ke Amerika Serikat pun sangat disayangkan beberapa klub di Inggris mengingat persepakbolaan Amerika Serikat masih dalam tahap berkembang. Keputusannya tersebut dinilai justru akan mengakhiri karir sepakbola Xavier. Kekhawatiran banyak pihak bahwa karir Xavier akan berakhir di LA Galaxy terbukti adanya. Setelah bermain selama satu musim, manajemen LA Galaxy memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Xavier menyusul perselisihan yang terjadi antara dirinya dengan sang pelatih Ruud Gullit. Perselisihan antara pemain dan pelatih ini bermula dari keputusan Gullit yang mendatangkan pemain baru untuk mengisi posisi yang ditempati Xavier. Pemain tersebut aadalah Eduardo Dominguez yang berasal dari klub Liga Klausura (Liga Argentina), Huracan. Kepada kantor berita Associated Press (AP), Xavier mengungkapkan bahwa dia merasa kecewa terhadap keputusan Gullit. Seperti dilansir AP, Xavier berkata, "Gullit melakukan hal yang saya anggap sangat arogan. Sebagai pemain, dia tergolong hebat. Namun sebagai pelatih, dia bukan apa-apa." Mempelajari Islam Setelah dikeluarkan dari LA Galaxy, Xavier kesulitan mencari klub sehingga ia pun otomatis tidak lagi merumput di lapangan hijau. Hal tersebut tentu saja membuat hidupnya makin terpuruk. Dalam keadaan terpuruk, Xavier mengaku menemukan kenyamanan dalam Islam. Dia pun akhirnya memutuskan untuk mempelajari Islam. ''Pada saat-saat sedih, saya telah menemukan kenyamanan dalam Islam. Perlahan-lahan, saya belajar agama yang mengedepankan perdamaian, kesetaraan, kebebasan dan harapan ini,'' paparnya. Pada tanggal 23 Desember 2009, dalam sebuah konferensi pers yang digelar di stadion Ras Al Khaimah di Uni Emirat Arab, Xavier mengumumkan perihal keislamannya dan nama barunya, Faisal Xavier. Dalam konferensi pers tersebut, ia juga mengumumkanpengunduran dirinya dari lapangan hijau untuk selamanya. ''Ini perpisahan emosional dan saya berharap untuk ikut serta dalam sesuatu yang sangat memuaskan dalam babak baru hidup saya,'' kata Faisal. Faisal tidak bercerita lebih panjang mengenai bagaimana dirinya mempelajari Islam. Ia hanya berterima kasih kepada keluarga besar Kerajaan Uni Emirat Arab. ''Mereka memeluk saya dan membuat saya merasa istimewa.'' Interaksinya dengan keluarga kerajaan Uni Emirat Arab semakin membuka matanya dalam menilai Islam. Keputusannya ini menjadi berita besar di berbagai media massa dunia. Meski berat harus meninggalkan dunia yang telah memberinya limpahan materi dan ketenaran, Faisal mengaku ikhlas. Ia pun merasa berutang budi karena hidupnya sekarang yang boleh dikatakan berhasil. Apalagi setelah pindah agama dan menjadi seorang muslim, dia belajar banyak hal tentang kepedulian, perhatian, dan empati kepada sesama. Menjadi seorang muslim baginya adalah menjadikan dirinya bermanfaat bagi kehidupan untuk sesama. Setelah tidak lagi bermain bola, Xavier kini mengisi hidupnya dengan melakukan berbagai kegiatan amal serta aktif di berbagai kegiatan kemanusiaan. Salah satunya dengan ikut ambil bagian dalam proyek-proyek kemanusiaan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan bermanfaat bagi kehidupan jutaan orang di Afrika. Disamping ia juga bekerja dalam industri film Amerika Serikat (AS).

Setelah 6 Bulan mempelajari Islam akhirnya Sunaku memilih jadi Muslimah

Meski dibesarkan oleh orang tua tunggal, kehidupan Sunaku bisa dibilang nyaman dan serba kecukupan. Sejak ayahnya meninggal, ibunyalah yang membesarkan dan mendidik Sunaku. Ibunya yang selalu berusaha memberikan rasa aman dan memastikan putri satu-satunya bahagia dan terpenuhi kebutuhannya. "Tapi sejak kecil, saya sebenarnya tidak pernah betul-betul merasa bahagia. Saya malah sering diserang rasa gelisah yang berlebihan," ujar perempuan asal Jepang itu, "saya berusaha mengatasi rasa itu dengan memusatkan perhatian pada studi saya dan jalan-jalan keliling dunia sebagai turis. Tapi rasa gelisah itu tetap sering muncul saya sampai saya lulus sekolah menengah dan berangkat ke Inggris untuk kuliah jurusan Bahasa Inggris." Suatu ketika saat liburan, Sunaku bersama teman-temannya yang juga dari Jepang berwisata ke Yordania. Seorang temannya yang sudah pernah ke Yordania, mengatur agar Sunaku bisa tinggal dengan warga lokal, sebuah keluar Muslim Yordania. Keluarga muslim itulah yang menimbulkan rasa kagum Sunaku pada Islam, sekaligus membuyarkan penilaiannya yang selama ini negatif terhadap Islam dan Muslim. "Saya melihat kehidupan mereka sangat praktis dan teratur. Rumah mereka selalu bersih. Saya terkesan dengan kuatnya hubungan antar anggota keluarga mereka dan rasa tanggung jawab yang mereka tunjukkan pada lingkungan sekitar. Ada ketulusan dan rasa saling mempercayai diantara mereka, yang tidak pernah saya saksikan di manapun," kata Sunaku. "Suami di keluarga itu bekerja untuk menafkahi keluarganya, sedangkan istrinya mengatur rumah dan terlihat senang dan puas dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Saya merasa inilah kebahagiaan yang saya impikan. Pada saat yang sama, saya menyadari bahwa gambaran saya selama ini tentang Islam ternyata salah besar ..." "Saya tidak tahu realita Islam yang sebenarnya karena tidak pernah bergaul dengan orang Islam. Gambaran saya tentang muslim semata-mata hanya berdasarkan pada apa yang saya lihat di berita-berita tv, dan saya sudah semena-mena menganggap orang-orang Islam sebagai orang yang menyukai kekerasan," papar Sunaku. Setelah melakukan perjalanan ke Yordania, ia memutuskan untuk mempelajari Islam dan mencari tahu pesan-pesan apa sebenarnya yang diajarkan Islam. Sunaku lalu mengunjungi Islamic Center di Tokyo dan meminta satu buah Al-Quran dengan terjemahan bahasa Jepang. Ia juga mendapat sebuah buku tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya, secara rutin Sunaku belajar Islam di Islamic Center tersebut dengan bimbingan para ulama asal Jepang, Pakistan dan negara-negara Arab, hingga ia benar-benar menyadari bahwa Islam adalah agama kebenaran. Sunaku merasa keyakinannya bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Pemelihara alam semesta, semakin teguh. "Makin banyak saya membaca tentang Islam, keyakinan dan pemahaman saya pada Islam makin kuat. Saya menemukan bahwa Islam-lah yang mengangkat derajat kaum perempuan dan membebaskan kaum perempuan secara intelektual," tukas Sunaku. Setelah enam bulan belajar Islam, Sunaku memutuskan untuk menjadi seorang muslimah dan mendeklarasikan dua kalimat syahadat. Ia mulai menunaikan salat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadan. Sunaku juga mulai menghapal surat-surat dalam Al-Quran. "Allah memberikan kemampuan pada saya untuk menghapal surat-surat pendek dalam Al-Quran. Saya tertarik pada bahasa Arab, sejak pertama kali saya mendengar bahasa itu. Makanya saya memutuskan untuk mempelajari bahasa yang indah itu. Saya mengambil kursus di bahasa Arab di Islamic Center di Tokyo, dan nanti saya ingin melanjutkannya ke Mesir dengan mengambil studi Islam ..." "Saya berdoa semoga Allah Swt. menjadikan saya dan kisah saya ini sebagai petunjuk bagi yang lainnya untuk menemukan cahaya Islam, karunia terbesar bagi orang yang menerimanya," tandas Sunaku.

manuel Gomez Warga suku Indian Maya yang Bangga menjadi Muslim

Dibesarkan sebagai seorang Kristen, Manuel Gomez sekarang berganti nama menjadi Mohamed Chechev. Tepatnya, setelah ia bersyahadat beberapa tahun lalu. Bersama beberapa Tzotzil lain, iabersyahadat setelah menrima pencerahan dari seorang Muslim asal Spanyol yang bermukim di Meksiko selatan. "Saya Muslim, saya tahu kebenaran kini. Saya berdoa lima kali sehari, merayakan Ramadhan dan telah melakukan perjalanan ke Makkah," kata Chechev dalam bahasa Spanyol. Dia tinggal di sebuah komunitas Protestan di Chiapas disebut yang disebut Nueva Esperanza di pinggiran San Cristobal de las Casas. Dia berbagi sebuah rumah sederhana dengan 19 kerabat dan menjual sayuranyang ditanamnya di sebidang tanah. Referensi Alkitab berlimpah-limpah di Nueva Esperanza, dengan jalan-jalan bernama Betlehem dan sejenisnya. Tetapi, Nueva Esperanza kini juga menjadi rumah bagi sekitar 300 warga Tzotzil, masyarakat adat asal Maya, yang telah masuk Islam dan hidup selaras dengan sisa populasinya. Istri Chechev yang bernama Noora (terlahir bernama Juana) dan adik iparnya, Sharifa (sebelum berislam bernama Pascuala) juga menjadi Muslim mengikuti jejaknya. Mereka mengenakan gaun panjang dan kerudung menutupi rambut mereka. Noora adalah putri dari seorang pemimpin pribumi Protestan yang diusir dari San Juan Chamula, kota terdekat di mana Partai Revolusioner Institusional dan keuskupan tertinggi Katolik memerintah. bersama puluhan keluarga lainnya, mereka terusir tahun 1961 karena mempertahankan agama Protestan. Beberapa langkah dari rumah Chechev, sebuah bangunan sederhana berdiri. Bangunan yang didirikan oleh Gerakan Murabitun, sebuah komunitas Sufi yang didirikan pada tahun 1968 oleh seorang Skotlandia yang telah masuk Islam, kini difungsikan sebagai mushala dan madrasah. Dari beberapa mualaf, Chechev belajar Islam. Selain dari kepala suku yang lebih dulu menjadi Muslim, ia juga belajar dari Aurelanio Perez, seorang Spanyol yang berubah nama menjadi Amir Mustapha setelah berislam. Ia mendirikan komunitas Marabutin di Chiapas dan aktif berdakwah di antara suku Tzotzil, suku Indian Maya. Chechev yang tidak dapat membaca atau menulis Spanyol tapi bisa berbahasa Spanyol, kini fasih melafalkan beberapa surat Alquran dan beberapa doa. "Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis. Saya juga. Tapi saya bisa melafalkan suci Alquran. Ini adalah keajaiban untuk dapat masuk Islam," katanya. Di matanya, Allah sungguh penyayang. "Dia mengajarkan kita segalanya dan memberi kita segala sesuatu yang datang dari dia," tambah Chechev. Dia kini rajin membaca hadis, mempelajari tuntunan keseharian Rasulullah. Lalu, ia mencoba menerapkan dalam kesehariannya. "Petunjuk Islam sungguh komplet," katanya. Chechev telah melakukan perjalanan ke jantung Islam, di Arab Saudi, pada tahun 1998 untuk menunaikan ibadah haji, dengan bantuan Amir Mustapha. Beberapa kerabat Chechev, termasuk istrinya, turut serta. "Aureliano mengatakan kepada saya bahwa jika kita menerima Allah, kami harus mengunjungi rumah Allah. Seperti mimpi, kami semua berpakaian putih.Di sana, mereka yang berkulit putih, hitam, orang cokelat, berbaur, tidak ada masalah. Kami semua sama di mata Allah," katanya. Noora, istrinya, wajah berbinar begitu dia mendengar tentang Makkah. "Ketika saya pergi ke sana, aku merasa bangga sebagai Muslim. Saat itu saya berdoa pada Allah meminta masjid untuk kampung kami. Insya Allah, jika Tuhan menghendaki, kami akan memilikinya dalam waktu dekat," katanya. Noora berharap bahwa putranya, Ibrahim (Anastacio), akan menjadi seorang imam setelah sekolahnya selesai "Di Chamula, tak menjadi Katolik atau anggota partai PRI adalah sebuah kejahatan. Mereka juga marah karena Protestan menganjurkan berhenti minum alkohol, salah satu bisnis lokal utama," kata Susana Hernandez, yang tinggal di wilayah itu. sebelumnya. Seorang pemimpin adat bernama Domingo Lopes, yang juga aktivis gereja Advent, belakangan menemukan pencerahan setelah mengenal Islam. Ia menyatakan keislamannya tahun 1993, dan menjadi buah bibir di wilayah itu. Namun pada perkembangannya kemudian, banyak yang mengikuti jejaknya; menjadi Muslim. Menurut antropolog Gaspar Morquecho, sebanyak 330 ribu warga Tzotzil di Chiapasmemang mempunyai sejarah beberapa kali pindah agama. Dulu, mereka dipaksa dengan kekerasan untuk menganut Katolik saat kollonialisme Spanyol merambah wilayah itu pada abad ke-16. Saat itu, hanya sedikit yang beragama Islam. Umumnya, mereka percaya agama leluhur, dan Protestan.

Keislaman Abdullah kini jadi Cahaya bagi Muslim dan NonMuslim

Seorang mualaf terkadang lebih taat menjalankan ajaran Islam dan memiliki lebih banyak pengetahuan tentang agama Islam, dibandingkan dengan mereka yang memang sejak lahir berasal dari keluarga muslim. Itu karena para mualaf, biasanya lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari dan menghayati ajaran Islam, sehingga bisa memberikan pengaruh positif bagi kehidupan mereka sendiri, dan orang-orang di sekitarnya. Kehadiran para mualaf ini, bahkan menjadi cahaya baik bagi komunitas Muslim, maupun non-Muslim. Abdullah adalah salah satu dari sekian banyak mualaf di AS. Pendidikannya hanya sampai sekolah menengah atas, tapi ia pernah bertugas di kemiliteran AS selama beberapa tahun dimana ia belajar beberapa ketrampilan teknis. Sekarang, Abdullah mencari nafkah dengan menjadi tukang memperbaiki mesin fotokopi dan fax. Tapi yang menarik adalah kisah Abdullah menjadi seorang muslim. Saat Perang Teluk kedua atau perang Irak yang diawali dengan invasi AS ke negeri itu, Abdullah masih aktif di dinas kemiliteran AS. Ia ditempatkan di basis militer AS di Arab Saudi. Suatu hari, Abdullah berbelanja di sebuah pasar di Saudi. Ia membeli beberapa barang kebutuhan. Ketika Abdullah akan membayar barang-barang yang dibelinya pada penjaga toko, tiba-tiba terdengar suara azan dari masjid terdekat. Penjaga toko berkata, "sudah" sambil mengibaskan tangan dan menolak mengurus pembayaran Abdullah. Abdullah menyaksikan bagaimana penjaga toko itu langsung menutup tokonya dan bergegas ke masjid. Abdullah cuma terbengong-bengong dan bertanya-tanya dalam hati melihat tingkah si penjaga toko itu, "Kenapa lelaki ini tidak mau mengambil uang pembayarannya, padahal harganya sudah disepakati." Abdullah merasa, seumur hidupnya tidak pernah melihat orang yang menolak uang. Apalagi dalam bisnis, setiap orang pasti saling berlomba-lomba mendapatkan uang. "Orang macam apa penjaga toko ini, agama apa ini yang sangat diprioritaskan penjaga toko ini?" tanya Abdullah dalam hati. Pikiran Abdullah dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Ia ingin tahu lebih banyak tentang agama yang dianut penjaga toko itu. Ia lalu membaca buku-buku tentang Islam selama bertugas di Saudi, dan akhirnya memutuskan masuk Islam saat kembali ke AS. Di New York, Abdullah belajar dengan sejumlah ustaz yang mengajarinya pengetahuan dasar tentang Islam dan mengajarkannya membaca Al-Quran. Abdullah pun menjadi seorang muslim yang taat dan selalu berusaha menunaikan salat di masjid. Saat pindah ke Detroit, Abdullah meneruskan kebiasaannya itu dan aktif dalam berbagai kegiatan di masjid Detroit. Abdullah kini sudah hapal beberapa surat dalam Al-Quran dan mampu membaca Al-Quran dengan lantunan suara yang indah. Ia sering ditunjuk untuk menjadi imam salat dan hapalan Quran-nya terus bertambah setiap hari. Dalam keseharian hidupnya, Abdullah juga berusaha mencontoh apa yang biasa dilakukan Rasulullah Saw. sampai cara Rasulullah tidur dengan posisi menghadap kanan, dan tangan dilipat dibawah kepala. Suatu hari, ada jamaah masjid yang melihatnya berbaring seperti dan khawatir kalau Abdullah sakit. Tapi Abdullah menjawab bahwa ia baik-baik saja, "Beginilah posisi tidur Rasulullah Saw," kata Abdullah menjawab kekhatiran jamaah tadi. Abdullah tanpa malu-malu selalu berusaha mempraktekkan apa yang diajarkan oleh Al-Quran dan hadis. Berkat teladan yang ditampakkannya sebagai seorang muslim, Abdullah berhasil membuat banyak anggota keluarganya yang tertarik dengan Islam dan akhirnya memutuskan masuk Islam. Abdullah juga mengajar dan mendidik anak-anaknya sendiri untuk menghapal Quran dan membiasakan diri salat ke masjid, meski di kala Subuh dan dalam kondisi cuaca yang teramat dingin. Abdullah juga belajar bahasa Arab dengan bimbingan seorang ulama bernama Dr. Syaikh Ali Suleiman. Kemampuan berbahasa Arab-nya yang baik, membuatnya mudah menghapal surat-surat Al-Quran. Abdullah juga belajar tentang hadis, dan sekarang kerap diminta untuk memberikan khutbah Jumat. Dengan keislamannya, Abdullah menjadi penerang bagi banyak non-Muslim menuju ke cahaya Islam.

SEKALI waktu, tengoklah status Facebook anakmu

SEKALI waktu, tengoklah status Facebookanakmu. Jelajahilah alam pikirannya. Pahamilah apa yang sedang terjadi padanya. Dan bersiap-siaplah untuk terkejut disebabkan apa yang berharga bagi hidupnya, membanggakan dirinya, menyenangkan hatinya dan menjadi keinginannya justru perkara yang kita membencinya. Mereka sangat berhasrat justru terhadap apa-apa yang kita ajarkan kepada mereka untuk menjauhi. Astaghfirullahal ‘adzim. Sekali saat, periksalah status Facebook anak-anakmu. Ketahuilah apa yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Rasakan apa yang menjadi keinginan kuatnya. Rasakan pula yang membuatnya terkagum-kagum. Dan bersiap-siaplah untuk terperangah jika anak-anak itu lebih fasih mengucapkan kalimat-kalimat yang tak berharga, ucapan yang tak bernilai, pembicaraan yang mendekatkan kepada maksiat, dan bahkan ada yang mendekati kekufuran. Mereka berbicara kepada kita dengan bahasa yang kita inginkan, tetapi mereka membuka dirinya kepada manusia di seluruh dunia dengan perkataan-perkataan ingkar. Mereka menyiarkan keburukan dirinya sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. Astaghfirullahal ‘adzim. Kalau suatu saat ada kesempatan, cermatilah apa yang ditulis oleh anakmu, gambar apa yang ditampilkan dan siapa yang dielu-elukan di Facebooknya. Sadari apa yang telah terjadi dan sedang terjadi pada diri mereka. Ketahui perubahan apa yang menerpa jiwa mereka. Dan bersiaplah untuk terkejut bahwa apa yang tampak di depan mata tak selalu sama dengan apa yang terjadi di belakang kita. Mereka bisa bertutur tentang keshalihan karena berharap terhindar dari kedukaan atau bahkan kemurkaan kita. Tetapi diFacebook, mereka merasa merdeka mengungkapkan apa pun yang menjadi kegelisahan, keinginannya dan kebanggaannya yang benar-benar terlahir dari dalam diri mereka. Beberapa waktu saya memeriksa akun Facebook anak-anak SDIT, alumni SDIT dan mereka yang masih belajar di SMPIT maupun SMAIT. Hasilnya? Sangat mengejutkan. Harapan saya tentang isi pembicaraan anak-anak yang telah memperoleh tempaan bertahun-tahun di sekolah Islam terpadu itu atau yang sejenis dengannya adalah sosok anak-anak yang hidup jiwanya, cerdas akalnya, tajam pikirannya dan jernih hatinya. Tetapi ternyata saya harus terkejut. Sekolah-sekolah Islam itu ternyata hanya mampu menyentuh fisiknya, tetapi bukan jiwanya. Betapa sedih ketika melihat anak-anak yang dulu jilbabnya besar berkibar-kibar, hanya beberapa bulan sesudah lulus dari SDIT atau SMPIT, sudah berganti dengan busana yang menampakkan auratnya dan ia perlihatkan kepada orang lain melalui foto-foto yang mereka pajang di Facebook. Tentu saja saya tidak dapat mengatakan bahwa pendidikan Islam terpadu, integral atau apa pun istilahnya telah gagal total. Tetapi apa yang dapat dengan mudah kita telusuri dari tulisan mereka di Facebook maupun media sosial lainnya memberi gambaran betapa kita perlu berbenah dengan segera. Selagi aqidah, akhlak dan secara umum agama ini hanya kita sampaikan secara kognitif, maka tak banyak perubahan yang dapat kita harapkan. Jika yang kita berikan adalah pelajaran tentang agama, dan bukan pendidikan beragama yang dikuati oleh budaya karakter yang kuat di sekolah, maka anak-anak itu mampu berbicara agama dengan fasih tapi tidak menjiwai. Tak ada kebanggaan pada diri mereka terhadap apa-apa yang datang dari agama; apa-apa yang menjadi tuntunan Allah Ta’ala dan rasul-Nya. Astaghfirullahal ‘adzim. Na’udzubillahi min dzaalik. Lalu apa yang merisaukan dari anak-anak itu? Sekurangnya ada tiga hal. Pertama, cara mereka berbahasa. Ini menggambarkan alam berpikir sekaligus kesehatan mental mereka. Kedua, sosok yang mereka banggakan dan mereka elu-elukan kehadirannya maupun tingkah-lakunya. Sosok yang menjadi panutan (role model). Ketiga, nilai-nilai dan keyakinan yang mereka banggakan sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku mereka, meskipun tak tampak di mata orangtua dan guru. Betapa Mengenaskan Bahasa Mereka Salah satu kelebihan Bani Sa’diyah adalah kefasihannya berbahasa. Kepada Halimah dari Bani Sa’diyah Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam disusukan, sehingga masa kecilnya memperoleh pengalaman berbahasa yang baik. Tampaknya sepele, tetapi bagaimana kita berbahasa sangat mempengaruhi pertumbuhan mental dan perkembangan cara berpikir. Adalah Alfred Korzybski, ahli semantik asal Rusia yang menunjukkan bahwa cara berbahasa yang salah berhubungan erat dengan mental yang sakit pada masyarakat. Terlebih jika kesalahan serius dalam berbahasa itu secara intens dilakukan oleh seseorang, utamanya lagi yang masih dalam tahap perkembangan sangat menentukan, yakni anak atau remaja. Dan kondisi mengenaskan inilah yang sedang terjadi pada anak-anak kita; dalam pergaulan dan terutama terlihat dari SMS maupun status facebook mereka. Mari kita ingat kembali ketika Lev Vygotsky, seorang psikolog yang juga asal Rusia. Ia menunjukkan bahwa apa pun kecerdasan yang ingin kita bangun, kuncinya adalah bahasa. Ia juga menunjukkan betapa erat kaitan antara bahasa dan pemikiran. Penggunaan bahasa mempengaruhi cara berpikir. Siapa diri kita tercermin dari bagaimana kita berbahasa. Sebaliknya, cara kita berbahasa akan berpengaruh besar terhadap diri kita. Nah, lalu apa yang bisa kita katakan terhadap anak-anak yang berbahasa alay dan berbicara dengan perkataan yang tak berguna penuh sampah? Sungguh, tengoklah status Facebook dan SMS mereka. Dan bersiaplah terkejut dengan apa yang terjadi pada diri mereka. Khawatirilah apa yang akan terjadi pada diri mereka di masa-masa mendatang. Astaghfirullah. Laa ilaaha illa Anta subhanaKa ini kuntu minazh-zhaalimin. Bukan Rasulullah Saw. yang Mereka Kagumi Cara berbahasa mempengaruhi apa yang berharga dan apa yang tidak. Sulit bagi seseorang untuk mengagumi dan menjadikan seseorang yang cara berbahasanya sangat berbeda –apalagi bertolak-belakang—sedang sosok yang ingin mereka tiru, mereka banggakan dan mereka pelajari kehidupannya. Maka jangan heran jika mereka lebih terharu-biru oleh Justin Bieber daripada para shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Jangan terkejut pula jika Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam justru sosok yang sangat asing bagi mereka. Ironisnya, anak-anak yang seperti itu justru banyak lahir dari lembaga-lembaga Islam; sejak jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Apa pengaruhnya? Jika Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi sosok panutan (role model) yang mereka banggakan, maka mereka akan berusaha untuk mempelajari jejak-jejaknya, mengingati kata-katanya dan mencoba melaksanakan apa yang mereka mampu dalam hidupnya. Mereka juga bangga terhadap orang yang meniru sosok panutannya. Itu juga berarti, jika sosok panutan mereka adalah Justin Bieber atau Lady Gaga, maka atribut, kata-kata dan segala hal yang berkait dengan mereka akan mereka buru dengan penuh kebanggaan. Mereka juga berusaha mengidentifikasikan diri dengan sosok panutannya. Na’udzubillahi min dzaalik. Laa haula wa laa quwwata illa biLlah. Pacaran Online Pun Terjadi Maka, jangan terkejut jika anak-anak alumni SDIT yang masih belajar di SMPIT atau sekolah Islam sejenis justru amat liar pikirannya. Jangan terkejut juga jika menemukan anak seorang ustadz asyik pacaran online, mengungkapkan perasaan yang tidak sepatutnya ia ungkapkan kepada lawan jenis, apalagi membiarkannya diketahui oleh orang banyak. Sungguh, kemaksiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi lebih ringan nilainya dibanding kemaksiatan yang ia umumkan sendiri. Ingin sekali berbincang lebih panjang. Tetapi tak tega rasanya berbicara blak-blakan tentang masalah ini. Semoga catatan sederhana ini dapat menjadi pengingat untuk kita semua. Semoga Allah mudahkan kita menempuh kebaikan. Semoga pula Allah Ta’ala menjaga iman kita dan anak-anak kita. Sebelum kita akhiri perbincangan ini, mari sejenak kita ingat firman Allah ‘Azza wa Jalla: وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’, 4: 9). Wallahu a’lam bishawab

Subhanallah...Di Dubai,100 ekspatriat dari berbagai bangsa bersyahadat

Sebanyak 100 ekspatriat dari kebangsaan berbeda mengucapkan dua kalimat syahadat pada Oktober tahun ini. Demikian laporan Pusat Informasi Islam Dar Al Ber, Dubai, Senin (7/11). Direktur Pusat Dar Al Ber, Yusuf Al-Saeed, mengatakan setiap hari ratusan orang, dari berbagai negara mengunjungi untuk mengetahui tentang Islam. Jumlahnya bahkan cenderung naik setiap harinya, dan yang lebih penting lagi mereka yang datang lebih memahami betapa Islam begitu toleran dan penuh kedamaian. "Non-Muslim memiliki kesempatan untuk bertemu mualaf dan mendengarkan pengalamannya dalam bahasa mereka sendiri. Hasilnya, pesan yang tersampaikan tentang Islam diterima dan direspon dengan baik," papar dia seperti dikutip www.khaleejtimes.com, Senin (7/11) Yusuf mengungkap pada Agustus lalu, Dar El Ber mengumumkan lebih dari 1.000 ekspatriat dari kebangsaan berbeda masuk Islam tahun ini. Sementara tahun lalu, jumlah ekspatriat yang memeluk Islam mencapai 1.521 orang (548 pria dan 973 wanita). Sebelumnya, tahun 2009 silam, jumlah ekspatriat yang memeluk Islam mencapai 1059 (309 pria dan 750 wanita). Dari mereka yang menjadi mualaf, ungkap Yusuf, Filipina berada ditempat teratas dengan 80 persen, diikuti India dan Cina. Lalu disusul Inggris, Amerika, Jerman, Perancis, Italia, Rumania, Rusia dan Belanda. "Mereka tersentuh dengan ajaran Islam yang memerintahkan pengikutnya untuk bersikap jujur, adil dan baik kepada semua orang, tanpa mempertimbangkan agama, ras, bahasa dan warna," katanya. Guna mendukung para mualaf belajar mendalami Islam, Dar EL Ber membuka kelas tentang Islam. Dalam kelas bimbingan ini, para mualaf mendapatkan literatur tentang Islam baik berupa buku ataupun CD. Adapun bahasa pengantar yang digunakan meliputi Cina, Rusia, Tagalog, Inggris, Urdu, Hindi dan Arab.[republika]

Artis dan Aktor Yang Menjadi Muallaf

Tiga puluh tahun lalu, publik Barat hanya mencatat beberapa nama yang memutuskan menjadi Muslim. Di antara sedikit nama itu, ada juara tinju dunia, Muhammad Ali, atau legenda basket, Karim Abduljabbar. Beberapa tahun kemudian, beberapa nama disebut-sebut menjadi mualaf, antara lain Michael Jackson, Ice Cube, dan Snoop Dogg. Semua berkulit hitam? Tidak juga. Saat ini, banyak kulit putih yang juga menjadi mualaf. Sebut Cat Steven, yang memutuskan menjadi Muslim pada tahun 1977 dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Lama vakum dari dunia hiburan, tahun 2006 ia menelurkan album berjudul An Other Cup dan tahun 2009, Roadsinger, yang disebut-sebut “sangat Cat Steven” dan ditujukan untuk mengobati kerinduan penggemarnya. Kini, Cat Steven bukan lagi satu-satunya pria kulit putih abad ini yang menjadi Muslim. The Sunday Times melaporkan saat ini ada sekitar 14 ribu warga Inggris kulit putih yang menjadi Muslim. Di antara mereka, tercatat sejumlah pesohor negeri itu, antara lain Yahya (semula Jonathan) Birt, anak Lord Birt, mantan petinggi BBC, dan Emma Clark, cicit mantan perdana menteri Inggris Herbert Asquith, yang membawa Inggris dalam Perang Dunia I. Beberapa memutuskan menjadi mualaf karena terinspirasi Charles Le Gai Eaton, mantan diplomat. Eaton, penulis buku Islam and the Destiny of Man, menyatakan banyak di antara warga kulit putih merindukan agama ‘yang tidak berkompromi terlalu banyak dengan materialisme dan carut-marut kehidupan modern’. Namun tak sedikit mereka yang menjadi Muslim melalui pintu “tali cinta”. Rumors yang beredar dan menjadi rahasia umum, menyebut Putri Diana sebelum tewas mengenaskan karena kecelakaan juga dikabarkan telah setuju untuk menjadi Muslim, setelah berhubungan dekat dengan anak miliarder Inggris, Mohamed Al-Fayed, bekas pemilik Harrods dan pemilik Fulham Football Club serta Hôtel Ritz Paris. Kristiane Backer, mantan bintang MTV Europe, juga mengenal Islam dari kekasihnya, Imran Khan. Namun ia menjadi mualaf justru setelah hubungan mereka putus. Selain konsisten mempaktikkan tuntunan Islam, Backer juga menjadi gambaran wanita Muslim modern. Sehari-hari, ia tampil tanpa kerudung. Ia hanya mengenakan jilbab saat melaksanakan ibadah haji tahun 2006. Selain musisi dan selebriti, beberapa pengusaha terkemuka juga menjadi mualaf. Di antaranya adalah The Earl of Yarborough, yang memiliki estate seluas 28 acre (setara 11331,22 hektare) di Lincolnshire. Ia memiliki nama Muslim Abdul Mateen. Selain itu, ada juga Charles Annenberg Weingarten, direktur Annenberg Foundation di Amerika. ia merupakan putra miliarder Yahudi Walter H Annenberg. Charles Annenberg belakangan membuat kisah dokumenter perjalanan spiritualnya ke Timur Tengah dengan temannya yang adalah seorang Muslim, dan terinspirasi setelahnya. Ia menuliskan, “Beberapa mualaf di Barat adalah para bekas hippies dan aktivis antiperang serta antikapitalisme pada era 1960-1970-an.Di suburban Philadelphia, Bawa Muhaiyaddeen Fellowship menjadi satu Sufi Islamic Center dengan banyak menarik minat para aktivis dan Yahudi untuk bertukar keyakinan menjadi Muslim. Pesan yang disampaikan adalah tentang kedamaian hati, kesabaran, percaya dan memasrahkan semuanya kepada kemauan Yang Maha Segalanya.” Tak dijelaskan apakah dia kemudian menjadi Muslim setelah bergabung dengan organisasi itu, atau bahkan sebelumnya. Islam juga menyebar di antara warga AS keturunan Amerika Latin. Professor Hjamil Marta­nez-Vazquez dari Texas Christian University mengklaim ada lebih dari 100 ribu di antara mereka yang memutuskan menjadi Muslim. Kini, banyak organisasi Muslim di antara mereka, di antaranya Los Angeles Latino Muslim Association. Umumnya mereka menganggap Islam penuh pesan kesetaraan, hal yang berlawanan dengan latar belakang mereka yang penuh penindasan. Banyak di antara wanita Latin yang menikahi pria Muslim dengan alasan ini: beda dengan pria Latin yang umumnya mendominasi, pria Muslim lebih sederhana, berorientasi pada keluarga (family oriented), dan melindungi. Mereka juga anti-hura-hura, menjauhi minuman keras dan narkoba, tidak berselingkuh, dan jauh dari tindak kriminal. Sekarang, dunia berharap pada kiprah para intelektual dan pesohor mualaf ini untuk membantu mengubah gambaran negatif tentang Muslim, terutama di media Barat. Di sisi lain, membantu mengurai radikalisme di kalangan anak-anak muda Muslim yang tak dipungkiri, tumbuh di banyak negara.

Natalie Sarah : Hidayat Al Fatihah

Tahun 2001 saya pernah bermimpi membaca surat Al Fatihah dan bertemu dengan seorang kakek memakai jubah putih. Orang yang saya jumpai dalam mimpi itu berpesan bahwa seandainya ketakutan, sakit atau apapun saya disuruh membaca surat Al Fatihah. Saya sama sekali tidak tahu apa makna Al Fatihah walapun ketika SD saya sering mendengar teman-teman baca surat itu. saya tanya kepada teman maksud mimpi saya disuruh membaca Al Fatihah. Akhirnya saya diberi Alquran terjemahan dan saya baca artinya ternyata maknanya sangat mendalam. Saya tahu bahwa Al Fatihah hanya milik umat Islam. Mimpi itu barangkali tidak begitu mengusik bintang sinetron Natalie Sarah, bila datang saat ini. Hanya saja, mimpi itu mengampiri saat ia berusia 18 tahun dan belum menjadi seorang Muslimah. Tak lama setelah mimpi itu, ia menjadi mualaf. Ketakutan bakal diusir dari keluarga, dijauhi teman-teman, dan saudara menghantuinya begitu ia mengikrarkan memeluk Islam Juli 2001. Gadis berdarah Aceh-Sunda kelahiran 1 Desember 1983 ini sadar, keluarganya begitu fanatik memegang agamanya. Begitu juga keluarga besarnya. Sangat sulit bagi mereka untuk menerima jika salah satu anggota keluarganya menjalani keyakinan lain. Tapi tekadnya sudah bulat. Ia pun memantapkan keyakinannya dalam pelukan Islam. ”Jauh sebelum saya mengucapkan dua kalimah syahadat untuk masuk Islam, sudah kepikiran nantinya bakal jadi urusan keluarga. Ternyata memang benar. Semua mualaf mengalamai hal seperti itu,” ujarnya, di sela-sela shooting untuk acara Jelang Senja Ramadhan (JSR) yang dilakukan Jamaah Syamsu Rizal (JSR) di kediaman Fahmi Darmawansyah, Senin (3/10). Sarah menemukan Islam di usia belia. Saat itu, rumah tangga orang tuanya di ambang perceraian. Tak ingin kehilangan sandaran, ia mencari pegangan hidup sendiri. Beruntung, ia bertemu sahabat yang benar. Ia kerap mengikuti sahabatnya mengaji di Pesantren Daarut Tauhid yang diasuh KH Abdullah Gymnastiar. Lama-lama, ia menemukan damai dalam Islam. Islam yang dipejarinya, adalah Islam yang sejuk. Islam yang mengajarkan bagaimana menata hati. Hal itu bertolak belakang dengan pemahamannya sebelumnya tentang Islam. ”Karena selama ini saya mendengar bagaimana banyak ustadz ceramahnya hanya mendiskreditkan agama tertentu,” akunya. Bahkan di hari pertama mengaji, ia sudah menitikkan air mata. ”Ketika itu ada segmen kembali kepada diri kita sendiri atau merenung, saya menangis di situ. Waktu pengajiannya malam setelah shalat Isya.” Sarah pun ketagihan mengaji pada Aa Gym, walaupun saat itu ia belum menjadi Muslimah. Bahkan, saat temannya yang pertama kali mengajak mengaji mulai jarang datang, ia tetap bersemangat. Ia sengaja mengikuti pengajian di malam hari. ”Takut teman-teman lain yang tahu saya non-Muslim teriak, Sarah, elu ngapain bukan Muslim ada di sini?” ujarnya. Setelah sangat yakin dengan Islam, ia pun memutuskan masuk Islam. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat di Bandung saat masih duduk di bangku kelas tiga SMK, beberapa saat menjelang kelulusan. Karena alasan takut itu, ia pun bersyahadat secara sembunyi-sembunyi. Hari-hari setelah menjadi Muslim dilaluinya dengan banyak cobaan. ”Komunitas bermain saya sedikit-demi sedikit berubah,” ujarnya. Di sisi lain, ada ketakutan yang sangat akan sikap keluarganya. Lulus SMA, ia pindah ke Jakarta menemani ibunya, Nurmiaty, yang sudah bercerai dengan ayahnya. ”Akhirnya, di sana saya benar-benar seperti ayam kehilangan induk, karena nggak ada teman. Sementara sejumlah keluarga mama sering datang ke rumah dan mengajak pergi beribadat,” ujarnya. Sarah berusaha berkelit untuk tidak pergi dengan berbagai alasan; malas, ketiduran, dan sebagainya. ”Tapi, lama-lama keluarga saya bisa curiga, kenapa ini anak? Nanti bisa ketahuan.” Lalu diatur lagi siasat setiap malam Minggu ia menginap di rumah teman. Sesekali, ia turut ke tempat ibadat agama keluarganya. Namun ia mengunci mulutnya sambil mengucapkan doanya sendiri pada Allah SWT. ”Teman ada yang menegur, ‘Sar, kamu kok nggak nyanyi?’ Saya bilang, ‘Itu lagu baru, saya nggak hafal.’ Dalam hati saya sibuk berzikir pada Allah.” Ia pun selama beberapa tahun sembunyi-sembnyi melakukan ibadah. Pernah suatu hari tas miliknya diperiksa dan ternyata ada buku panduan shalat di dalamnya. Mengetahui hal ini, ia berujar, ”Buku itu milik teman yang ketinggalan dan saya bawa.” Di kalangan teman-temannya, ia tetap mengaku sebagai pemeluk agama lamanya. Begitu pula ketika ia memasuki dunia sinetron. ”Semua kru menganggap saya Kristen. Tapi, ada beberapa teman yang membocorkan bahwa saya ini sudah masuk Islam tapi tidak mau mengaku.” Ketika masuk waktu shalat, ia melaksanakan shalat sendirian secara sembunyi-sembunyi setelah pemain dan kru lain selesai shalat. Sejak 2001 sampai memasuki awal tahun 2003, ia beribadah secara sembunyi-sembunyi. Tabir mulai terbuka pertengahan tahun 2003. Pamannya yang Muslim meninggal dunia. Sama seperti dia, sang paman juga menyembunyikan identitas kemuslimannya. Saat itu keluarga besarnya hampir menguburnya sebagai seorang Kristen, sampai ditemukan identitas yang menunjukkan kemuslimannya. Dari kejadian pamannya itu, Sarah seperti mendapat sindiran dari lingkungan keluarga. ”Makanya kalau agama itu harus jelas. Islam ya ngaku Islam, kalau Kristen ya Kristen. Kalau seperti kejadian ini serba tanggung jadi dikuburnya bingung,” tandas salah seorang keluarga seakan menohok dirinya. Namun lagi-lagi, ia tak punya nyali untuk mengaku telah menjadi Muslimah pada keluarganya. Ia hanya berpesan pada sahabatnya, ”Seandainya saya meninggal, tolong dikuburkan secara Islam. Itu wasiat lisan kepada teman karena soal umur siapa yang tahu.”Kini pertimbangannya bukan lagi takut diusir keluarganya. Secara ekonomi, ia sudah mapan. Ia hanya kasihan pada mamanya, yang pasti akan dihujat keluarga besarnya. Ia menuturkan, tahun 2003 sebenarnya kabar keislamannya sudah tercium media infotainment. ”Mereka memberitakan Natalia Sarah telah menjadi seorang mualaf,” ujar pemilik nama Natilia sarah, namanya sebelum menjadi Muslim. Untungnya jam tayangnya pagi hari, sehingga tak banyak orang-orang dekatnya yang tahu. Memasuki 2004 berita itu semakin santer. Keluarganya banyak yang tahu. Tapi mereka diam karena beranggapan nanti bakal balik lagi seperti artis yang lainnya. Namun, ”Juni 2005 saya punya keinginan kuat berumrah. Mendengar kabar saya mau umrah, keluarga geger. Mereka pun datang ke rumah untuk menyidang saya,” ujarnya. Keinginan itu berawal dari sibuknya dia hingga jatuh sakit dan tak berpuasa. Ia sempat pingsan sejenak dan tiba-tiba dia merasa tengah berada di tengah lautan manusia yang sedang berthawaf. Bahkan sampai tersadar, bibirnya masih melafalkan labaika Allahumma labaika. ”Sejak hari itu saya menabung dan meniatkan berumrah.” Ketika hendak berangkat, Sarah menemui keluarganya dan sempat menangis. Ia berujar lirih, ”Ya Allah, masak saya tidak boleh untuk menginjakkan kaki ini ke Tanah Suci-Mu.” Kini, keluarga besarnya sudah memahami pilihannya memeluk Islam. Mereka menghormati. Begitu juga mama dan adik-adiknya. Ia sungguh bersyukur.